Friday 9 October 2015

Menunggu Berkata Tapi

Lagi lagi menunggu lagi
Tak lebih asik dari mendapat pohon berduri
Pagi ini hanya mentari yang menyapa sunyi
Bukan tempat ini
Bukan sesak di dada ini
Bukan juga jumlah makhluk di sini
Tapi senyum yang tak kembali

Puncak emas itu sampai memudar
Murung yang disembunyikan
Cahanya hanya keluar
Teringkar dalam lingkar
Dalam topeng perias wajah asli mereka
Apalagi yang kau sangkal?

Tapi justru hal itu yang membuat tiap kurva tempat ini sesuai dengan sebutannya,
Tempat yang dicintai masyarakatnya
Tempat mendua dari cinta yang lainnya

Karena belum tentu yang kau tak tahu tak baik untukmu

Belum tentu mereka bertanduk di kepala
Tapi siapa yang tau mereka bertanduk di telapak kakinya
Indah karena ini pertunjukkan drama
Menyeramkan karena ini realita
Semua bisa berlaku kebalikan
Hanya saja kau harus menggali untuk peti harta

Diamlah sebentar
Sebentar saja
Rasakan

Kembali, aku hanya menunggu di sini.

(Jakarta, 2015)

No comments:

Post a Comment

inget-> "mulutmu harimaumu"